Minggu, 03 April 2011

sampah makanan

akhir-akhir ini di televisi ramai dibicarakan mengenai makanan atau daging yang bermasalah, mulai dari daging glongongan, daging sapi yang dicampur dengan daging babi, daging tikus yang disamarkan menjadi daging ayam, daging ayam yang disuntik air, daging berformalin sampai ikan yang diberi pemutih dan yang terakhir adalah makanan daur ulang dari sampah daging olahan.Negeri Indonesia yang katanya makmur ini memang harus menyaksikan realita masyarakatnya memakan makanan kadaluarsa, nasi aking, eceng gondok sampai yang terakhir memakan sampah. Apakah sebegitu parahkah keadaan masyarakat kita sehingga menjadikan sampah sebagai makanan. Seperti yang dikutip dari sini
Anda sebaiknya waspada saat membeli makanan jadi yang tidak jelas produsennya. Bila tidak hati-hati, bisa jadi Anda mengonsumsi makanan yang diolah dari limbah hotel. Seperti temuan Suku Dinas Perikanan dan Peternakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, baru-baru ini. Tim menemukan usaha pengolahan makanan dengan bahan baku sisa-sisa makanan hotel. Produk ini sudah menyebar di sejumlah pasar tradisional di Jakarta Barat.
Produsen makanan olahan sampah ini mendapatkan limbah-limbah makanan sampah tersebut dari hotel yang dikumpulkan oleh para pemulung. Nah yang menjadi pertanyaan bagaimana sebenarnya prosedur pengolahan sampah dari hotel tersebut? Siapa yang yang layak dipermasalahkan tidak adakah pihak yang mengatur bagaimana prosedur pembuangan limbah dari hotel-hotel tersebut atau mereka semua seolah tutup mata dengan fenomena yang ada karena mata dan mulut mereka telah ditutup dengan segepok uang suap..
Praktek membuat makanan daur ulang dari sampah daging olahan ini sebenarnya sudah lama berjalan namun baru terungkap sekarang, seperti yang masih dikutip dari sini..
Pemilik usaha itu, Darmo mengaku telah menjalankan usahanya selama lima tahun. Menurut Darmo, sisa makanan itu diperolehnya dari sampah hotel-hotel di Jakarta. Agar lebih menarik, sebelum diolah kembali, sisa makanan tersebut diberi pewarna tekstil. Dengan begitu warna makanan semakin menarik. Produk makanan hasil daur ulang sampah ini kemudian dijual di sejumlah pasar tradisional di Jakarta Barat.
Alur dari pembuatan makan olahan dari daging sampah ini bermulai dari hotel yang membuang limbahnya ke penampungan sampah kemudian oleh para pemulung dikupulkan dan di jual kepada pengumpul nah dari pengumpul akan dijual kepada pengolah. Oleh pengolah makanan sampah tersebut akan disamarkan agar tidak kentara bahwa makanan tersebut berasal dari sampah dengan direndam dengan formalin kemudian diberikan pewarna textil agar warna makana terlihat segar..
Bagi para pengolah dan penjual makan tersebut apakah mereka tidak merasa berdosa dengan apa yang telah mereka lakukan, karena hal tersebut sangat berbahaya bagi kesehatan bahkan dapat mengakibatkan kematian atau memang kondisi real di masyarakat yang menyukai membeli makanan seperti ini karena keterbatasan ekonomi yang mereka miliki..
Kita memang dianjurkan untuk memakan makanan yang halal dan baik, nah kalau makan sampah begini masihkah bisa dibilang halal dan baik ?
:shock3::shock3::shock3:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar